Senin, 29 Oktober 2012

Menanam Nasionalisme

Untuk meningkatkan rasa nasionalisme siswa terhadap tanah air dan bangsa  melalui pelajaran menyanyi. Dalam rangka  menyikapi  semaraknya lagu-lagu yang tersebar di masyarakat saat ini  dan rendahnya kemampuan  siswa untuk menyanyikan lagu-lagu  wajib.
Guru benar-benar kesulitan untuk memberikan materi  tentang menyanyi terutama lagu-lagu wajib yang dapat menggugah semangat para siswa serta untuk menanamkan rasa memiliki dan bertanggung jawab untuk menjaga  tanah air dan bangsa. Keadaan yang terjadi saat ini di lingkungan tempat tinggal siswa, mereka lebih menyukai  lagu-lagu bukan lagu wajib ( katakan lagu-lagu ndang ndut , campursari) yang mayoritas penyanyi orang dewasa. Sehingga ketika guru memberikan  pelajaran  lagu-lagu tersebut rata-rata siswa menerima dengan pasif dan tidak berminat  sama sekali .
Bagaimana cara kita untuk menanamkan lagu-lagu yang berisi tentang  kecintaan pada tanah air yang penuh heroik bisa disenangi  oleh siswa. Kenyataan yang kita hadapi,  siswa  dengan mudahnya menyanyikan lagu-lagu  yang disenangi masyarakat luas. Siswa kurang memahami bahwa lagu tersebut kurang mendidik,  dari syair-syairnya sama sekali tidak ada unsur pendidikannya. Bahkan  terkesan hura-hura. Orang tuapun kelihatannya bangga kalau anak-anaknya  bisa menyanyi sendiri tanpa ada bimbingan, juga saat tertentu  anak-anak tersebut  tampil dengan senang hati untuk menyanyikan lagu-lagu dengan gaya dan penampilan yang kurang sesuai dengan usianya yang masih di bawah umur (tingkat TK atau SD). Untuk menyikapi hal hal tersebut adalah tugas guru sebagai pendidik untuk mencegah, mengurangi dan mengarahkan siswanya sesuai porsinya.
Bagaimana langkah-langkah kita untuk  menyikapinya. Diantaranya memberikan pelajaran menyanyi di sekolah sesuai porsi, dengan memberikan pembiasaan mendengarkan lagu-lagu wajib lewat tape recorder yang tersebar lewat pengeras suara tiap-tiap kelas, ketika jam-jam istirahat dan dilakukan setiap hari, dengan cara pembiasaan mendengarkan lambat laun anak akan hafal dan memahami dengan sendirinya, tiap pagi sebelum pelajaran dimulai dibiasakan menyanyi bersama salah satu lagu wajib, diadakan lomba paduan suara maupun menyanyi solo antar sekolah atau lomba di tingkat desa pada saat peringatan HUT Kemerdekaan an lain sebagainya. Dengan langkah-langkah tersebut  memang sekolah dituntut untuk menyedikan fasilitasnya, juga tidak bosan-bosannya guru harus selalu aktif memberikan  bimbingan dan evaluasi  misalnya  menyanyi di kelas dan dinilai .
Adanya  kerja sama dengan orang tua murid agar selalu memantau putra-putrinya  dalam hal menyanyi. Sungguh  sangat memprihatinkan jika lagu-lagu wajib karya para composer terkenal Indonesia tenggelam  tertimbun oleh lagu-lagu bersair cinta romantis antar anak muda yang marak terjadi di masyarakat.
 Sebagai  pendidik, kita jangan hanya menyalahkan sepihak,  kita harus berintrospeksi sudahkah kita memberikan  pelajaran menyanyi dengan tepat ? di samping itu  pelajaran menyanyi apak sudah diberikan sesuai  dengan jadwalnya? Yang kadang pelajaran kesenian dikalahkan oleh pelajaran yang diujikan secara nasional.
Perlu kiranya  menjelaskan isi syair-syair yang tertulis pada lagu-lagu wajib. Lagu  wajib berisikan atau menggambarkan  tentang keadaan Negara kita yang makmur, kaya raya  sehingga kita bisa menanamkan pada diri anak didik kita untuk memiliki rasa kebanggaan, kelebihan -kelebihan yang tidak dimiliki oleh Negara lain. Kalau  perasaan itu telah tertanam dalam jiwanya tentu sedikit demi sedikit mempunyai rasa untuk

selalu memelihara dan mempertahankan terhadap tanah air tercinta .
Penanaman  rasa nasionalisme pada siswa melalui menyanyi, menjadi hal yang sangat mendesak untuk dilaknasakan di lingkungan dunia pendidikan saat ini. Rasa nasionalisme generasi muda sekarang yang sudah hampir luntur terkikis oleh peradaban perlu dipupuk lagi.  Sesuai  dengan dunianya dan dengan suasana yang menyenangkan pula maka anak-anak bangsa  akan dapat mewarisi rasa nasionalisme  sebagai pengembangan dan penguatan pembentukan karakter bangsa.
 Kita yakin dan percaya, bahwa tiap pendidik mempunyai cara-cara atau trik tersendiri bagaimana agar pembelajaran menyanyi  bisa berhasil. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi para pendidik. Sebagai sebuah strategi atau  cara untuk mengantisipasi agar anak-anak tidak menyanyikan lagu-lagu yang berkembang di masyarakat yang sifatnya kurang mendidik.
Mencegah agar jangan  sampai ketika  anak-anak disuruh menyanyikan salah satu lagu wajib dengan pedenya menjawab ( ndak bisa bu guru, sulit). Maka marilah kita budayakan bersama-sama  saling mengingatkan dan meningkatkan  rasa nasionalisme  melalui menyanyi lagu lagu wajib.
Inilah  adalah tugas kita, sebagai pendidik, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi?.  Jangan sampai merasa bosan memberikan teladan untuk generasi penerus bangsa  menuju masa  depan yang penuh tantangan menuju negara maju yang  berkepribadian.  Mari  kita memberikan kebiasaan kepada anak didik kita untuk menyenangi, menyukai, bahkan menghormati lagu-lagu wajib dan lagu nasional kita. Dengan begitu berarti kita ikut mengangkat harkat dan martabat bangsa di mata dunia. Semoga …..

Minggu, 28 Oktober 2012

Memaknai Sumpah Pemuda, Bukan Sumpah Serapah

Peristiwa delapan puluh tiga tahun silam itu juga menjadi bukti otentik perjuangan panjang pemuda Indonesia, suatu kebulatan tekad untuk mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia dan menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaan saat itu.
Panjang lebar Moehammad Yamin menuliskan Rumusan Sumpah yang kemudian dibacakan pertama kali oleh Soegondo. Setidaknya, Heroisme Sumpah Pemuda delapan puluh tiga tahun silam itu dijadikan spirit bagi generasi muda sekarang dalam membangun negeri ini menuju negara yang besar dan disegani.
Memang harus kita sadari, setiap generasi memiliki persoalan dan tantangan berbeda. Musuh utama bangsa pada zaman itu adalah penjajah. Semangat heroisme mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan, menjadi pekik yang tak terhenti disuarakan bahkan tertuliskan di tembok-tembok.
Kini zaman sudah berbalik, tantangan kini berbeda dan lebih sulit yakni mempertahankan apa yang telah diperjuangkan pemuda pemudi Indonesia delapan puluh tiga tahun silam yakni satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.
Semangat Sumpah Pemuda harus menjadi inspirasi bangsa untuk terus bangkit, meraih kejayaan seperti yang pernah terukir di persada nusantara ini. Tantangan sekarang memang lebih beragam wujud dan coraknya, termasuk berbeda kuantitas dan kualitasnya. Korupsi, kemiskinan dan keterbelakangan merupakan deretan persoalan bangsa yang tak berujung.
Bangsa ini juga mengalami problem ketidakpercayaan diri, sebuah bangsa tanpa kepercayaan diri tentu tidak menghasilkan produk-produk unggul. Keunggulan hanya diraih, jika suatu bangsa memiliki kebanggaan terhadap bangsa dan negerinya sendiri.
Pandangan sinis terhadap negara, tentu merendahkan derajat dan martabat Indonesia dalam pergaulan antar bangsa. Inferioritas Indonesia dewasa ini menuntut kehadiran pemuda-pemuda yang cepat, tanggap dan trengginas. Pemuda yang tidak terhipnotis euforia politik yang penuh dengan cerita heroisme jalanan. Bangsa ini sesungguhnya membutuhkan semangat pemuda yang memberikan konstribusi moral, kultural dan intelektual yang diwujudkan dalam program konstruktif.
Heroisme Sumpah Pemuda tidak sebatas koreksi bagi bangsa, tetapi sebagai penyadaran posisi jati diri bangsa secara kultural dalam persepsi kewilayahan tanah dan air Indonesia. Dari kekuatan kesadaran sebagai penghuni negara kepulauan, akan lahir ketajaman visi dan strategi yang cerdas kreatif sesuai amanah Sumpah Pemuda: satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang bernama Indonesia.
Definisi Pemuda
Berbagai definisi pernah mengemuka dan tercatat apik tentang pemuda, ditinjau dari segi fisik dan psikis, pemuda sering dikaitkan dengan usia produktif atau semangat yang menggelora.
Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya: “The time of life between childhood and maturity, early maturity. The state of being young or immature or inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person”. World Health Organization (WHO) menggolongkan usia 10-24 tahun sebagai young people, remaja (adolescence) berusia 10-19 tahun. Di Kanada justru menerapkan: “After age 24, youth are no longer eligible for adolescent social services”.
Dalam bahasa Al-Qur’an pemuda diterjemahkan dalam konteks sifat dan sikap. Pemuda dinilai memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam perkataan. Kisah Ash-habul Kahfi, disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pemuda-pemuda yang optimis, teguh dalam pendirian dan konsisten dalam perkataan (QS.Al-Kahfi:13-14). Pemuda juga digambarkan sebagai sosok yang tidak kenal putus asa, pantang menyerah apalagi mundur sebelum mencapai cita-cita seperti diperankan pemuda (Nabi) Musa kepada muridnya (QS.Al-Kahfi:60).
Pemuda Lupa Amanah
Kalau kita kembali mengingat secara garis besar amanah Sumpah Pemuda, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang bernama Indonesia, tentu sudah terjadi kepunahan. Lahirnya kelompok-kelompok massa kepemudaan berbasis suku, justru menjadi pemicu perpecahan.
Tak jarang kita mendengar perang antar suku, bentrokan antar ormas yang pemicunya hanyalah perebutan daerah kekuasaan atau hal-hal yang dianggap sepele lainnya. Belum lagi bentrokan antar pelajar yang dari hari kehari terus menghiasi pemberitaan media. Sampai hal yang paling memalukan, bentrokan antar mahasiswa.
Sungguh ironis, ironis dikala mengingat sejarah yang ada delapan puluh tiga tahun silam. Pemuda dari berbagai suku dan etnis bersatu melawan penjajah demi mencapai kemerdekaan Indonesia. Para pemuda turun ke medan perang melawan penjajahan, baik dengan pemikiran mau pun dengan mengorbankan darahnya.
Dengan bergesernya perubahan masa dan waktu, lalu apa yang harus diperjuangan pemuda saat ini hingga dunia hancur punah?
Pemuda harus mempertahankan tanah air dan bangsa. Tak hanya mempertahankan dalam arti menjaga kedaulatan NKRI dengan tenaga dan darah melalui peperangan antar Negara, tetapi bersatu, berangkulan, bersama-sama meningkatkan perekonomian dan pendidikan, menjaga marwah bangsa juga termasuk dalam mempertahankan tanah air dan bangsa.
Betul bila dikatakan masih banyak kemiskinan di Indonesia, tapi apakah pemuda Indonesia harus ikutan merengek-rengek atas kemiskinan?
Tentu tidak, sebahagian pemuda Indonesia justru berperang melawan kemiskinan dan keterpurukan dunia pendidikan.
Sebagai contoh, 6 mahasiswa Universitas Indonesia yang kreatif coba mendirikan suatu yayasan yang diberi nama Nalacity Foundation. Enam mahasiswa yg terdiri Fiza, Yofita, Alfi Syah, Ari dan Fahry ini tergerak membantu para mantan penderita kusta. Para mantan penderita kusta, warga desa Tangerang, Banten itu dibantu dan diberdayakan dalam membuat dan memasarkan hasil karya mereka  yg berupa jilbab atau kerudung buat wanita muslim. Hingga kini karya para wanita penderita kusta itu sudah merambah hampir di seluruh wilayah indonesia karena dipasarkan melalui sistem online oleh Nalacity Foundation.
Kemudian ada lagi, mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta yang tergabung dalam gerakan Kammi Mengajar. Mereka mengajar dan memberi pendampingan kepada warga korban letusan gunung merapi cara mengolah dan memasarkan ikan lele dengan mengolahnya menjadi nuget lele, kripik lele dan abon lele. Dengan demikian para warga korban letusan gunung Merapi itu mendapatkan nilai lebih dari sekedra menjual ikan lele mentah.
Lalu ada juga pasangan muda Wahyu Aditya dan Arie Octaviani, pasangan suami istri ini benar-benar kreatif dan produktif. Mereka menggagas dan mendirikan Distro KDRI alias Kementrian Desain Republik Indonesia. KDRI ini membuat dan mengumpulkan hasil desain anak-anak muda Indonesia mengenai nasionalisme. Hasil karya itu bisa berupa kaos yg unik, komik dan animasi. Hingga kini KDRI menurut Adit, telah memiliki ribuan fans dan followers di seluruh dunia.
Dibidang pendidikan ada Eymus H Tabuni (26), sejak 4 tahun lalu ia memutuskan untuk memberikan pelatihan membaca dan menulis bagi warga kampung Milinik, Kelurahan Inikombe, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Eymus hanya menerima honor Rp 300 ribu dan beras 25 kilogram setiap 6 bulan. Keputusannya ini didasari keprihatinan tingginya angka buta aksara di wilayah itu. Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Budi Bakti, menjadi tempat Eymus mengabdi.
Eymus, lulusan Teknik Pertambangan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ), menjadi tutor mengajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), paket A, B, dan C sejak PKBM tersebut baru berdiri. Mereka yang belajar di tempat sederhana ini terdiri dari anak-anak, dewasa, bahkan orang tua. Ada yang putus sekolah, ada pula yang belum pernah mengecap bangku sekolah.
Saat ini, peserta didik di PKBM Budi Bakti hampir mencapai 100 orang dan didominasi oleh para wanita yang berasal dari berbagai desa.
Eymus berharap, apa yang ia lakukan saat ini kelak berbuah manis. Harapannya sederhana: membuat warga di kampungnya lebih berwawasan, atau paling tidak menguasai baca tulis dan berhitung.
“Saya berharap kampung ini melek huruf, dan lima tahun ke depan mempunyai perubahan,” kata Eymus.
Kisah-kisah diatas hanya beberapa contoh dari apa yang telah dilakukan pemuda pemudi Indonesia dalam mempertahankan tanah air dan bangsanya. Bila pemuda Indonesia bersatu dan bersama-sama melakukan kreatifitas dan mengembangkannya, sudah barang tentu lambat laun kemiskinan di Negara kita akan terkikis tanpa mengharapkan uluran tangan.
Sumpah pemuda kini seharusnya, Pertama, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bersatu untuk mengembangkan perekonomian dengan kreatifitas dan mencintai produksi anak bangsa Indonesia.Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang bersatu mengembangkan pendidikan anak bangsa Indoneisa. Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung tinggi persaudaraan sesama bangsa untuk kemajuan Indonesia. Keempat, Kami Putra dan Putri Indonesia, berjanji tidak akan merengek-rengek atas kemiskinan untuk mendapatkan sesuatu yang instan demi marwah dan martabat bangsa Indonesia. ***
Sumber : kompasiana.com

Sabtu, 27 Oktober 2012

Pendidikan Karakter Berbasis Akhlak

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” ( UU SisDikNas, BAB I : pasal 1 ayat 1 ).
Dari pengertian di atas, jelas sekali bahwa pendidikan tidak hanya bertitik berat pada kecerdasan intelektual saja melainkan juga pembentukan karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar proses belajar guna mengejar kecerdasan tetapi juga harus mengembangkan potensi lain yang dimiliki peserta didik dan mendapat perhatian dari pendidik agar dapat berkembang secara optimal.
 Pendidikan karakter anak harus dikembangkan di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah Dasar yang merupakan  dasar pembentukan karakter atau kepribadian anak agar saat mereka dewasa mempunyai akhlak yang baik (akhlakul kharimah).
Fenomena yang terjadi saat ini, anak kurang mengerti sopan santun dalam berbicara dan bersikap kepada guru, orang tua ataupun orang yang lebih tua. Nilai kesopanan seakan-akan mulai luntur di masyarakat kita, khususnya generasi penerus bangsa. Hal inilah yang harus menjadi “koreksi” kita sebagai seorang guru dan juga didukung oleh peran orang tua dalam membentuk karakter anak.
sangat penting dalam pembentukan karakter siswa, khususnya di tingkat Sekolah Dasar karena anak cenderung menuruti apa yang diperintahkan dan diucapkan sang guru kepada mereka. Anak di tingkat Sekolah Dasar lebih mengagumi, mempercayai dan bahkan meniru apapun yang dilakukan gurunya dibandingkan orang tua mereka.
Oleh sebab itu, pendidikan karakter lebih tepat ditanamkan kepada anak saat mereka duduk di bangku Sekolah Dasar . Hal ini juga dipertegas oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh yang menyatakan pendidikan karakter akan semakin dikuatkan implementasinya di semua jenjang pendidikan sejak tahun ajaran baru 2011/2012 yang dimulai pada Agustus nanti. (dikutip dari koran Tempo tanggal 3 Mei 2011).
Pendidikan karakter tidak hanya menunjukkan kepada anak mengenai perilaku mana yang benar maupun yang salah, tetapi juga menanamkan kebiasaan dan pemahaman anak sehingga mereka dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
Pendidikan karakter berkaitan erat dengan moral dalam proses pembentukan atau perubahan akhlak peserta didik yang dapat diaktualisasikan dengan menerapkan nilai-nilai kejujuran, kesopanan, keadilan, kedisiplinan, tanggung jawab dan lain sebagainya. Di samping itu juga dapat ditanamkan nilai-nilai luhur bangsa kita yang saat ini mulai luntur, misalnya nilai gotong royong, kerjasama dan toleransi khususnya toleransi antar umat beragama.
 Begitu pentingnya pembentukan karakter anak di tengah situasi negeri dimana generasi penerus bangsa banyak yang terjebak kasus narkoba, tawuran antar pelajar, terlibat genk motor, perkelahian, seks bebas dan juga peristiwa lain yang dapat merusak moral generasi penerus bangsa. Jika kita pandang lebih jauh, sepuluh tahun atau dua puluh tahun mendatang Negara kita akan terpuruk jika generasi penerusnya memiliki karakter yang jauh dari kepribadian yang bermartabat dan berakhlak mulia.
Dari fenomena-fenomena yang dipaparkan di atas, jelas sekali para orang tua akan merasa khawatir dengan masa depan anak mereka kelak saat dewasa. Para orang tua tidak ingin akhlak anak mereka merosot dan tidak bermartabat yang jauh dari  karakter bangsa kita yang mempunyai nilai-nilai luhur berdasar Pancasila. Oleh karena itulah, pendidikan karakter berbasis akhlakul kharimah harus diterapkan dimanapun berada, tidak hanya di lingkungan keluarga tetapi juga di sekolah-sekolah, khususnya di tingkat Sekolah Dasar.
Di lingkungan keluarga misalnya dengan cara mengajarkan sopan santun berbicara dan bersikap yang baik serta orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan anak ke sekolah non-formal untuk mendapat pendidikan agama (disamping pendidikan agama yang diperoleh  anak di sekolah) misalnya TPA. Penerapan pendidikan karakter berbasis akhlak di sekolah dapat dilakukan dengan menambah ekstrakurikuler keagamaan, kepramukaan dan penanaman budi pekerti dalam kurikulum sekolah serta mengimplementasikan langsung dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mengenai nilai-nilai luhur bangsa kita yang berdasarkan Pancasila.
Di samping upaya di atas juga diperlukan adanya peran serta orang tua, guru serta masyarakat dalam mendukung terwujudnya pembentukan karakter anak yang berbasis akhlak agar kelak saat mereka dewasa akan menjadi manusia yang tidak hanya cerdas di bidang intelektual tetapi juga cerdas di bidang spiritual.
Dengan demikian Negara kita akan menjadi Negara yang bermartabat yang mempunyai generasi penerus bangsa yang bermartabat pula sehingga tidak akan dipandang sebelah mata oleh Negara lain serta dapat terwujudnya  Tujuan Pendidikan Nasional.

Selasa, 23 Oktober 2012

Seni Musik Dalam Perspektif Islam


Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), indera pengelihatan(seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama)

Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun  buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.

Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.

Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar  seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ?

Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)

Pendapat-pendapat Islami seputar musik dan menyanyi yang berbeda dengan pendapat penulis, tetap penulis hormati.
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyanyi (al-ghina’ / at-taghanni). Sebagian mengharamkan nyanyian dan sebagian lainnya menghalalkan. Masing-masing mempunyai dalilnya sendiri-sendiri. Berikut sebagian dalil masing-masing, seperti diuraikan oleh al-Ustadz Muhammad al-Marzuq Bin Abdul Mu’min al-Fallaty mengemukakan dalam kitabnya Saiful Qathi’i lin-Niza’ bab Fi Bayani Tahrimi al-Ghina’ wa Tahrim Istima’ Lahu

Dalil-Dalil Yang Mengharamkan Nyanyian:
a. Berdasarkan firman Allah:
“Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna (lahwal hadits) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu ejekan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (Qs. Luqmân [31]: 6)

Beberapa ulama menafsirkan maksud lahwal hadits ini sebagai nyanyian, musik atau lagu, di antaranya al-Hasan, al-Qurthubi, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.

Ayat-ayat lain yang dijadikan dalil pengharaman nyanyian adalah Qs. an-Najm [53]: 59-61; dan Qs. al-Isrâ’ [17]: 64 (Abi Bakar Jabir al-Jazairi, Haramkah Musik Dan Lagu? (al-I’lam bi Anna al-‘Azif wa al-Ghina Haram), hal. 20-22).

b. Hadits Abu Malik Al-Asy’ari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat musik (al-ma’azif).” [HR. Bukhari, Shahih Bukhari, hadits no. 5590].

c. Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian (qoynah) dan menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas. [HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Mardawaih].

d. Hadits dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Orang yang bernyanyi, maka Allah SWT mengutus padanya dua syaitan yang menunggangi dua pundaknya dan memukul-mukul tumitnya pada dada si penyanyi sampai dia berhenti.” [HR. Ibnu Abid Dunya.].

e. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Auf ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya aku dilarang dari suara yang hina dan sesat, yaitu: 1. Alunan suara nyanyian yang melalaikan dengan iringan seruling syaitan (mazamirus syaithan). 2. Ratapan seorang ketika mendapat musibah sehingga menampar wajahnya sendiri dan merobek pakaiannya dengan ratapan syetan (rannatus syaithan).”

Dalil-Dalil yang Menghalalkan Nyanyian:

a. Firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (Qs. al-Mâ’idah [5]: 87).

b. Hadits dari Nafi’ ra, katanya:

Aku berjalan bersama Abdullah Bin Umar ra. Dalam perjalanan kami mendengar suara seruling, maka dia menutup telinganya dengan telunjuknya terus berjalan sambil berkata; “Hai Nafi, masihkah kau dengar suara itu?” sampai aku menjawab tidak. Kemudian dia lepaskan jarinya dan berkata; “Demikianlah yang dilakukan Rasulullah Saw.” [HR. Ibnu Abid Dunya dan al-Baihaqi].

c. Ruba’i Binti Mu’awwidz Bin Afra berkata:

Nabi Saw mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipan seperti dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba perempuan kami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji orang yang mati syahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: “Di antara kita ada Nabi Saw yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” Maka Nabi Saw bersabda:

“Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.” [HR. Bukhari, dalam Fâth al-Bârî, juz. III, hal. 113, dari Aisyah ra].

d. Dari Aisyah ra; dia pernah menikahkan seorang wanita kepada pemuda Anshar. Tiba-tiba Rasulullah Saw bersabda:

“Mengapa tidak kalian adakan permainan karena orang Anshar itu suka pada permainan.” [HR. Bukhari].

e. Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Umar melewati shahabat Hasan sedangkan ia sedang melantunkan syi’ir di masjid. Maka Umar memicingkan mata tidak setuju. Lalu Hasan berkata:

“Aku pernah bersyi’ir di masjid dan di sana ada orang yang lebih mulia daripadamu (yaitu Rasulullah Saw)” [HR. Muslim, juz II, hal. 485].

Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa tidak dibenarkan dari Nabi Saw ada dua hadits shahih yang saling bertentangan, di mana salah satunya menafikan apa yang ditetapkan yang lainnya, kecuali dua hadits ini dapat dipahami salah satunya berupa hukum khusus sedang lainnya hukum umum, atau salah satunya global (ijmal) sedang lainnya adalah penjelasan (tafsir). Pertentangan hanya terjadi jika terjadi nasakh (penghapusan hukum), meskipun mujtahid belum menjumpai nasakh itu (Imam asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul Ila Tahqiq al-Haq min ‘Ilm al-Ushul, hal. 275).

Karena itu, jika ada dua kelompok dalil hadits yang nampak bertentangan, maka sikap yang lebih tepat adalah melakukan kompromi (jama’) di antara keduanya, bukan menolak salah satunya. Jadi kedua dalil yang nampak bertentangan itu semuanya diamalkan dan diberi pengertian yang memungkinkan sesuai proporsinya. Itu lebih baik daripada melakukan tarjih, yakni menguatkan salah satunya dengan menolak yang lainnya. Dalam hal ini Syaikh Dr. Muhammad Husain Abdullah menetapkan kaidah ushul fiqih:

Al-‘amal bi ad-dalilaini —walaw min wajhin— awlâ min ihmali ahadihima “Mengamalkan dua dalil —walau pun hanya dari satu segi pengertian— lebih utama daripada meninggalkan salah satunya.” (Syaikh Dr. Muhammad Husain Abdullah, Al-Wadhih fi Ushul Al-Fiqh, hal. 390).

Prinsip yang demikian itu dikarenakan pada dasarnya suatu dalil itu adalah untuk diamalkan, bukan untuk ditanggalkan (tak diamalkan). Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan:

Al-ashlu fi ad-dalil al-i’mal lâ al-ihmal “Pada dasarnya dalil itu adalah untuk diamalkan, bukan untuk ditanggalkan.” (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, juz 1, hal. 239).

Atas dasar itu, kedua dalil yang seolah bertentangan di atas dapat dipahami sebagai berikut : bahwa dalil yang mengharamkan menunjukkan hukum umum nyanyian. Sedang dalil yang membolehkan, menunjukkan hukum khusus, atau perkecualian (takhsis), yaitu bolehnya nyanyian pada tempat, kondisi, atau peristiwa tertentu yang dibolehkan syara’, seperti pada hari raya. Atau dapat pula dipahami bahwa dalil yang mengharamkan menunjukkan keharaman nyanyian secara mutlak. Sedang dalil yang menghalalkan, menunjukkan bolehnya nyanyian secara muqayyad (ada batasan atau kriterianya) (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 63-64; Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 102-103).
Dari sini kita dapat memahami bahwa nyanyian ada yang diharamkan, dan ada yang dihalalkan. Nyanyian haram didasarkan pada dalil-dalil yang mengharamkan nyanyian, yaitu nyanyian yang disertai dengan kemaksiatan atau kemunkaran, baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi’il), atau sarana (asy-yâ’), misalnya disertai khamr, zina, penampakan aurat, ikhtilath (campur baur pria–wanita), atau syairnya yang bertentangan dengan syara’, misalnya mengajak pacaran, mendukung pergaulan bebas, mempropagandakan sekularisme, liberalisme, nasionalisme, dan sebagainya. Nyanyian halal didasarkan pada dalil-dalil yang menghalalkan, yaitu nyanyian yang kriterianya adalah bersih dari unsur kemaksiatan atau kemunkaran. Misalnya nyanyian yang syairnya memuji sifat-sifat Allah SWT, mendorong orang meneladani Rasul, mengajak taubat dari judi, mengajak menuntut ilmu, menceritakan keindahan alam semesta, dan semisalnya (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 64-65; Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 103).

Hukum Mendengarkan Nyanyian (Sama’ al-Ghina’)

Hukum menyanyi tidak dapat disamakan dengan hukum mendengarkan nyanyian. Sebab memang ada perbedaan antara melantunkan lagu (at-taghanni bi al-ghina’) dengan mendengar lagu (sama’ al-ghina’). Hukum melantunkan lagu termasuk dalam hukum af-‘âl (perbuatan) yang hukum asalnya wajib terikat dengan hukum syara’ (at-taqayyud bi al-hukm asy-syar’i). Sedangkan mendengarkan lagu, termasuk dalam hukum af-‘âl jibiliyah, yang hukum asalnya mubah. Af-‘âl jibiliyyah adalah perbuatan-perbuatan alamiah manusia, yang muncul dari penciptaan manusia, seperti berjalan, duduk, tidur, menggerakkan kaki, menggerakkan tangan, makan, minum, melihat, membaui, mendengar, dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan yang tergolong kepada af-‘âl jibiliyyah ini hukum asalnya adalah mubah, kecuali adfa dalil yang mengharamkan.

Hukum Memainkan Alat Musik

Bagaimanakah hukum memainkan alat musik, seperti gitar, piano, rebana, dan sebagainya? Jawabannya adalah, secara tekstual (nash), ada satu jenis alat musik yang dengan jelas diterangkan kebolehannya dalam hadits, yaitu ad-duff atau al-ghirbal, atau rebana. Sabda Nabi Saw:

“Umumkanlah pernikahan dan tabuhkanlah untuknya rebana (ghirbal).” [HR. Ibnu Majah] ( Abi Bakar Jabir al-Jazairi, Haramkah Musik Dan Lagu? (Al-I’lam bi Anna al-‘Azif wa al-Ghina Haram), hal. 52; Toha Yahya Omar, Hukum Seni Musik, Seni Suara, Dan Seni Tari Dalam Islam, hal. 24).

Adapun selain alat musik ad-duff / al-ghirbal, maka ulama berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan dan ada pula yang menghalalkan.

Dalam hal ini penulis cenderung kepada pendapat Syaikh Nashiruddin al-Albani. Menurut Syaikh Nashiruddin al-Albani hadits-hadits yang mengharamkan alat-alat musik seperti seruling, gendang, dan sejenisnya, seluruhnya dha’if. Memang ada beberapa ahli hadits yang memandang shahih, seperti Ibnu Shalah dalam Muqaddimah ‘Ulumul Hadits, Imam an-Nawawi dalam Al-Irsyad,
Kesimpulannya, memainkan alat musik apa pun, adalah mubah. Inilah hukum dasarnya. Kecuali jika ada dalil tertentu yang mengharamkan, maka pada saat itu suatu alat musik tertentu adalah haram. Jika tidak ada dalil yang mengharamkan, kembali kepada hukum asalnya, yaitu mubah.

Kesimpulan
a) Bertujuan menghibur dan menggairahkan perbuatan baik (khayr / ma’ruf) dan menghapus kemaksiatan, kemungkaran, dan kezhaliman. Misalnya, mengajak jihad fi sabilillah, mengajak mendirikan masyarakat Islam. Atau menentang judi, menentang pergaulan bebas, menentang pacaran, menentang kezaliman penguasa sekuler.

b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar (meniru orang kafir dalam masalah yang bersangkutpaut dengan sifat khas kekufurannya) baik dalam penampilan maupun dalam berpakaian. Misalnya, mengenakan kalung salib, berpakaian ala pastor atau bhiksu, dan sejenisnya.

c) Tidak menyalahi ketentuan syara’, seperti wanita tampil menampakkan aurat, berpakaian ketat dan transparan, bergoyang pinggul, dan sejenisnya. Atau yang laki-laki memakai pakaian dan/atau asesoris wanita, atau sebaliknya, yang wanita memakai pakaian dan/atau asesoris pria. Ini semua haram.

Instrumen/Alat Musik

Dengan memperhatikan instrumen atau alat musik yang digunakan para shahabat, maka di antara yang mendekati kesamaan bentuk dan sifat adalah:

a) Memberi kemaslahatan bagi pemain ataupun pendengarnya. Salah satu bentuknya seperti genderang untuk membangkitkan semangat.

b) Tidak ada unsur tasyabuh bil-kuffar dengan alat musik atau bunyi instrumen yang biasa dijadikan sarana upacara non muslim.

Dalam hal ini, instrumen yang digunakan sangat relatif tergantung maksud si pemakainya. Dan perlu diingat, hukum asal alat musik adalah mubah, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Referensi:
Maroji : Fatwa-fatwa Kontemporer, Yusuf Qardhawy
Sumber : albayan.or.id

Senin, 22 Oktober 2012

Fisika itu Mudah

Bagi sebagian orang, fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, rumit, dan bikin frustasi. Mungkin benar kalau kita cuma mempelajarinya setengah-setengah. Atau kita malah cuma berusaha menghafal rumus-rumusnya saja. sering ini dilakukan siswa, dan hasilnya hanya membuat siswa makin frustasi.

Sekarang ini banyak metode belajar cepat, tersedia rumus cepat, atau berbagai metode praktis lain yang membuat siswa lebih mudah menguasai sekian banyak rumus fisika. Sebenarnya hal ini sangat membantu ketika siswa dihadapkan pada soal test yang banyak dalam waktu singkat. Rumus-rumus cepat sangat membantu siswa mengerjakan soal sebanyak-banyaknya dalam waktu hanya sekedip mata. Tapi perlu diwaspadai siswa hanya menguasai permukaannya saja, tanpa mengerti konsep dasar.

Sebenarnya semua konsep fisika ada si sekitar kita. Tinggal kita mencoba menguasainya dengan mulai memahami fenomena dasar dan menyederhanakan konsepnya. jangan langsung mempelajari rumus, tapi lihat dulu aplikasi yang menanamkan konsep fisika yang akan kita pelajari.

Misalnya ketika kita mempelajari Gerak Lurus Berubah Beraturan, konsep dasarnya tetap pada hubungan Jarak (s), Waktu (t) dan Kecepatan (v), seperti pada Gerak Lurus Beraturan, yaitu :
kecepatan = jarak / waktu
atau
jarak = kecepatan x waktu
bila digambarkan dengan grafik, kecepatan konstan dalam selang waktu t dapat digambarkan dengan :



dari gambar di atas digambarkan sebuah benda bergerak dengan kecepatan 5 m/s dalam waktu 10 detik, maka jarak yang ditempuhnya s = 5 x 10 = 50 meter, atau besar tersebut sama dengan luas bidang di bawah grafik (yang diarsir).

Begitupun pada konsep Gerak Lurus Berubah Beraturan, gerak lurus dengan kecepatan yang berubah, bisa dijelaskan dengan contoh berikut :
sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal (vo) 5 m/s,kemudian dipercepat menjadi (vt) 10 m/s dalam waktu (t) 10 detik. dapat digambarkan sebagai berikut :
jarak yang ditempuh benda dapat dihitung pula dengan menggunakan rumus luas di bawah grafik (trapesium), yaitu
pada GLBB timbul percepatan (acceleration)   yang merupakan selisih perubahan kecepatan dibagi selang waktu perubahan, atau bisa ditulis sbb:
dengan memadukan dua persamaan di atas, maka didapat 2 rumusan GLBB yang lain, yaitu :
Rumus turunan tersebut dapat kita dapatkan dari konsep dasar grafik. Sebenarnya kita tidak perlu menghafalnya, cukup menguasai konsep grafik sajasudah cukup untuk dapat mengerjakan semua soal GLBB.
Untuk lebih jelasnya, bisa coba mengerjakan soal-soal berikut.


Sumber : http://www.albayan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=285:fisika-itu-mudah&catid=61:artikel&Itemid=113

Minggu, 21 Oktober 2012

Pendidikan Berbasis Akhlak Mulia


Kalau ingin melihat kondisi masa depan suatu bangsa, lihatlah keadaan anak-anak atau remaja masa sekarang. Jika remaja kita saat ini akhlaknya bagus, prestasinya baik, insya Allah bangsa indonesia masa depannya akan baik. Sebaliknya jika remaja sekarang akhlaknya kurang bagus, perkataan yang kasar dan jorok, suka merokok, terlibat narkoba, nongkrong di pinggir jalan, bergaul secara bebas, kurang terkontrol oleh orang tua, sungguh sangat sedih dan ngeri membayangkan masa depan bangsa ini.
Banyaknya kasus perkosaan, pembunuhan, tawuran dan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang berujung pada korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara, tidak bisa terlepas dari peran pendidikan. Memang pendidikan bukanlah segalanya, tapi segalanya berasal dari pendidikan.
Kalau kita kaji akar masalahnya, pendidikan kita masih kurang menyentuh sisi kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan setelah kematian. Setelah kematian itulah kehidupan yang sebenarnya. Sukses di dunia tak berarti apa-apa jika sengsara setelah mati. Begitu juga sengsara di dunia tak berarti apa-apa jika setelah kematian mengalami kebahagiaan. Sungguh sangat beruntung apabila seseorang mengalami kesuksesan baik dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Para guru mendoktrin bahwa kesuksesan seseorang akan terlihat dari profesi yang disandangnya kelak. Jadi dokter, politikus, pengacara, polisi, guru, pengusaha besar  hingga presiden. Jarang sekali guru mendoktrin siswa bahwa kesuksesan akan tercapai kalau kita memiliki iman yang kuat, sholat yang khusu’, kedekatan kepada Tuhan, dan akhlak yang baik.  Sehingga yang banyak terjadi sekarang adalah orang berlomba-lomba untuk memperoleh profesi yang diinginkannya dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan aspek keimanan dan akhlak yang mulia. Jika menjadi pejabat akan menggunakan jabatannya untuk mengambil keuntungan pribadi sebesar-besarnya, membuat kebijakan yang menyimpang dari norma-norma dan berusaha mempertahankan jabatannya dengan cara-cara yang tidak benar. Jika menjadi guru akan berusaha mengelabui siswa-siswanya untuk keuntungan pribadinya tanpa mempedulikan nasib dan masa depan siswanya. Jika menjadi pengusaha akan membuat produk-produk yang merugikan dan menyengsarakan masyarakat, dan lain sebagainya.
Namun jika seseorang dibekali dengan keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia, seorang pejabat akan menggunakan jabatannya untuk membuat kebijakan amar makruf nahi munkar demi kemaslahatan masyarakat, seorang guru akan mendedikasikan waktu, tenaga dan kemampuannya untuk mendidik dan mengajar siswa dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan generasi yang bagus prestasinya dan baik akhlaknya, seorang pengusaha akan menghasilkan produk yang halal dan baik serta aman dikonsumsi masyarakat.
Oleh karena itulah, perlunya tim pengembang kurikulum di sekolah merumuskan kurikulum pendidikan berbasis akhlakul karimah yang standar kompetensinya adalah siswa memiliki pemahaman dan pengamalan yang berhasil dalam kehidupan dunia dan akhirat. Kurikulum ini menitikberatkan akhlak sebagai pondasi dasar siswa dalam belajar.  Dengan demikian ini akan sangat memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami dan mengamalkan pelajaran. Guru akan mengerti bagaimana menjadi seorang guru yang baik, siswa akan belajar bagaimana belajar yang baik. Dengan akhlak, guru akan mendidik dan mengajar dengan kasih sayang dan perhatian yang maksimal kepada siswa.
Dengan akhlak yang baik siswa akan menghargai dan menghormati guru baik di kelas maupun di luar kelas, tidak ada lagi siswa yang ribut atau tidur di kelas. Dengan kurikulum pendidikan berbasis akhlakul karimah siswa dibekali dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga segala perilaku siswa baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat akan mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan. Setiap mata pelajaran diintegrasikan dengan muatan nilai-nilai agama dan akhlakul yang baik. Sehingga indikator yang dicapai siswa tidak hanya mampu memahami pelajaran secara kognitif dan psikomotorik, namun sisi afektif juga akan tercapai. Dengan demikian, akan kita temui anak-anak sekolah yang santun, tertib dan taat menjalankan perintah agamanya, sehingga kelak mereka akan menjadi profesional-profesional yang tangguh dengan berbekal keimanan dan pancaran akhlak yang mulia, akhirnya kita berharap agar masa depan bangsa ini akan jauh menjadi lebih baik daripada kondisi sekarang.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak : Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
1. Bersifat komperhensifKurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .
 
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.
 
3. Melibatkan orang tuaKeterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.
 
4. Melayani kebutuhan individu anak.Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.
 
5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakatKurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
 
6. Mengembangkan standar kompetensi anakKurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.
 
7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khususKurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.
 
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakatKurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
 
9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anakKurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah
 
10.Menjabarkan prosedur pengelolaan LembagaKurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen /pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.
 
11. Manajemen Sumber Daya ManusiaKurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga
 
12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.
 
1. AnakSasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut :
  • 0 – 1 tahun
  • 1 – 2 tahun
  • 2- 3 tahun
  • 3 - 4 tahun
  • 4- 5 tahun
  • 5 - 6 tahun .
2. PendidikKompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang - kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah
  • Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak
  • Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak
  • Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak
  • Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak
3. PembelajaranPembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.
 
Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
  • Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)
  • Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
  • Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)
  • Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)
  • Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)
  • Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :
  • Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
  • Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
  • Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
  • Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
  • Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
  • Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
  • Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili.
Kurikulum Pendidikan Anak Usia DiniUntuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.
 
4. Penilaian (Assesmen)Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.
 
5. Pengelolaan Pembelajaran
  • Keterlibatan Anak
  • Layanan program
Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :
  • Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.
  • Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.
  • Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
  • Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu.
Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.
 
6. Melibatkan Peranserta masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.

Jumat, 19 Oktober 2012

Pendidikan Berbasis Akhlak Mulia


Kalau ingin melihat kondisi masa depan suatu bangsa, lihatlah keadaan anak-anak atau remaja masa sekarang. Jika remaja kita saat ini akhlaknya bagus, prestasinya baik, insya Allah bangsa indonesia masa depannya akan baik. Sebaliknya jika remaja sekarang akhlaknya kurang bagus, perkataan yang kasar dan jorok, suka merokok, terlibat narkoba, nongkrong di pinggir jalan, bergaul secara bebas, kurang terkontrol oleh orang tua, sungguh sangat sedih dan ngeri membayangkan masa depan bangsa ini.
Banyaknya kasus perkosaan, pembunuhan, tawuran dan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang berujung pada korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara, tidak bisa terlepas dari peran pendidikan. Memang pendidikan bukanlah segalanya, tapi segalanya berasal dari pendidikan.
Kalau kita kaji akar masalahnya, pendidikan kita masih kurang menyentuh sisi kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan setelah kematian. Setelah kematian itulah kehidupan yang sebenarnya. Sukses di dunia tak berarti apa-apa jika sengsara setelah mati. Begitu juga sengsara di dunia tak berarti apa-apa jika setelah kematian mengalami kebahagiaan. Sungguh sangat beruntung apabila seseorang mengalami kesuksesan baik dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Para guru mendoktrin bahwa kesuksesan seseorang akan terlihat dari profesi yang disandangnya kelak. Jadi dokter, politikus, pengacara, polisi, guru, pengusaha besar  hingga presiden. Jarang sekali guru mendoktrin siswa bahwa kesuksesan akan tercapai kalau kita memiliki iman yang kuat, sholat yang khusu’, kedekatan kepada Tuhan, dan akhlak yang baik.  Sehingga yang banyak terjadi sekarang adalah orang berlomba-lomba untuk memperoleh profesi yang diinginkannya dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan aspek keimanan dan akhlak yang mulia. Jika menjadi pejabat akan menggunakan jabatannya untuk mengambil keuntungan pribadi sebesar-besarnya, membuat kebijakan yang menyimpang dari norma-norma dan berusaha mempertahankan jabatannya dengan cara-cara yang tidak benar. Jika menjadi guru akan berusaha mengelabui siswa-siswanya untuk keuntungan pribadinya tanpa mempedulikan nasib dan masa depan siswanya. Jika menjadi pengusaha akan membuat produk-produk yang merugikan dan menyengsarakan masyarakat, dan lain sebagainya.
Namun jika seseorang dibekali dengan keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia, seorang pejabat akan menggunakan jabatannya untuk membuat kebijakan amar makruf nahi munkar demi kemaslahatan masyarakat, seorang guru akan mendedikasikan waktu, tenaga dan kemampuannya untuk mendidik dan mengajar siswa dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan generasi yang bagus prestasinya dan baik akhlaknya, seorang pengusaha akan menghasilkan produk yang halal dan baik serta aman dikonsumsi masyarakat.
Oleh karena itulah, perlunya tim pengembang kurikulum di sekolah merumuskan kurikulum pendidikan berbasis akhlakul karimah yang standar kompetensinya adalah siswa memiliki pemahaman dan pengamalan yang berhasil dalam kehidupan dunia dan akhirat. Kurikulum ini menitikberatkan akhlak sebagai pondasi dasar siswa dalam belajar.  Dengan demikian ini akan sangat memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami dan mengamalkan pelajaran. Guru akan mengerti bagaimana menjadi seorang guru yang baik, siswa akan belajar bagaimana belajar yang baik. Dengan akhlak, guru akan mendidik dan mengajar dengan kasih sayang dan perhatian yang maksimal kepada siswa.
Dengan akhlak yang baik siswa akan menghargai dan menghormati guru baik di kelas maupun di luar kelas, tidak ada lagi siswa yang ribut atau tidur di kelas. Dengan kurikulum pendidikan berbasis akhlakul karimah siswa dibekali dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, sehingga segala perilaku siswa baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat akan mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan. Setiap mata pelajaran diintegrasikan dengan muatan nilai-nilai agama dan akhlakul yang baik. Sehingga indikator yang dicapai siswa tidak hanya mampu memahami pelajaran secara kognitif dan psikomotorik, namun sisi afektif juga akan tercapai. Dengan demikian, akan kita temui anak-anak sekolah yang santun, tertib dan taat menjalankan perintah agamanya, sehingga kelak mereka akan menjadi profesional-profesional yang tangguh dengan berbekal keimanan dan pancaran akhlak yang mulia, akhirnya kita berharap agar masa depan bangsa ini akan jauh menjadi lebih baik daripada kondisi sekarang.

Kamis, 18 Oktober 2012

Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang

Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002).
Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.
Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
Ayo kejarlah ilmu sampai negeri seberang demi masa depanmu dan kemajuan negaramu…
Sumber : Overseaszone.com

Rabu, 17 Oktober 2012

Siap Menghadapi Ujian dan Ulangan Umum


Tak terasa sebentar lagi kita akan menjalani ujian dan ulangan umum. Nah, apakah kalian sudah siap untuk menghadapinya? Berikut ini terdapat beberapa tips yang dapat kalian lakukan untuk mempersiapkannya: 1. Siapkan waktu sebaik mungkin
Perhatikan urutan mata-mata pelajaran yang akan diuji lalu jadwalkan waktu untuk belajar. Mulailah untuk mempelajari mata pelajaran yang diujikan terlebih dahulu dari sekarang. Kurangilah waktu bermainmu. Jalankan kebiasaan ini setiap hari termasuk di akhir pekan.

2. Pelajari kembali catatanmu setiap hari.
Setelah pulang sekolah, biasakan untuk mempelajari kembali catatanmu. Hal ini dilakukan agar kita benar-benar mengerti pelajaran yang kita dapatkan di sekolah.

3. Lihat kembali tugas-tugas dan ulangan-ulanganmu yang sebelumnya.
Melihat kembali tugas-tugas dan ulangan-ulangan sebelumnya juga merupakan proses belajar. Coba lihat kembali dimana kalian melakukan kesalahan dan carilah jawaban yang benar. Siapa tahu apabila soal tersebut termasuk dalam soal yang diujikan, kalian sudah siap untuk menyelesaikannya dengan benar.

4. Buatlah kelompok belajar.
Dengan belajar berkelompok kalian dapat bertukar pikiran untuk membahas pelajaran yang kurang dimengerti atau sulit. Tetapi pastikan bahwa saat belajar bersama, kalian memang memakai waktu tersebut untuk belajar dan bukannya mengobrol.

5. Ikuti bimbingan belajar.
Salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri kita menghadapi ujian atau ulangan umum adalah mengikuti bimbingan belajar. Dengan mengikuti bimbingan belajar, kita dapat memantapkan mata-mata pelajaran yang diajarkan di sekolah serta apabila kalian tidak mengerti, kalian dapat menanyakannya pada guru bimbingan belajar tersebut.

6. Jaga kesehatan tubuh.
Waktu ujian atau ulangan umum semakin dekat dan itu berarti kita harus belajar lebih giat hingga kadang lupa waktu. Karena terlalu lelah, kita jadi jatuh sakit, wah kalau begini kita jadi terhambat deh untuk proses belajarnya. Konsumsilah pula makanan yang bergizi yang mengandung 4 sehat 5 sempurna, jangan makan makanan yang sembarangan. Intinya, kita harus menjaga kesehatan tubuh agar kesehatan kita tetap prima sehingga akhirnya kita dapat menyelesaikan ujian atau ulangan umum dengan baik.

7. “Aku bisa!”
Kadang kita merasa tidak “PeDe” (Percaya Diri) akan menyelesaikan ujian atau ulangan umum dengan baik. Buanglah jauh-jauh pikiran itu dan katakan pada diri sendiri bahwa kita siap menghadapinya dan akan mendapatkan nilai baik. Dengan mempunyai rasa percaya diri, kita akhirnya dapat berkonsentrasi penuh dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan.

8. Selesaikan belajar sehari sebelum ujian atau ulangan umum dimulai.
Biasanya kita sering tidak tidur dimalam ujian atau ulangan umum, sehingga akhirnya kita merasa mengantuk keesokan harinya, akibatnya kita tidak bisa menyelesaikan soal-soal ujian atau ulangan umum dengan baik. Agar hal ini tidak terjadi, usahakan untuk menyelesaikan belajar sehari sebelum ulangan umum dimulai. Lalu istirahatlah yang cukup agar tidak mengantuk disaat ujian atau ulangan umum.

9. Datanglah lebih pagi.
Akhirnya hari ujian atau ulangan umum tiba. Usahakan datang lebih pagi ke sekolah karena jika kalian datang terlambat yang akan kalian pikirkan adalah “semoga tidak terlambat.” Karena merasa deg-degan, materi pelajaran yang kalian sudah pelajari jauh-jauh hari jadi terlupakan deh. Bayangkan kalau kalian datang lebih pagi kan bisa mengulang catatan.
ditulis oleh: Ardiani Prabawa dari berbagai sumber
http://www.duniabelajar.com

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas



Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.

Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”.
Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.

Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.
Ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan diatas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah

.



Selasa, 16 Oktober 2012

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia




Wajah Sistem Pendidikan di IndonesiaKita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
Sumber : http://www.pendidikankarakter.com/wajah-sistem-pendidikan-di-indonesia/

Minggu, 14 Oktober 2012

Cara Memudahkan Rejeki Mengalir

Kali ini kita akan sedikit berbagi cara memudahkan rejeki mengalir, untuk melancarkan rejeki mengalir ada beberapa amalan yang harus kita lakukan sesuai dengan syariat Islam.

Allah adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Termasuk yang menciptakan manusia dan makhluk yang lainnya. Telah menjadi sunnatullah, bila Allah menciptakan suatu makhluk maka Allah pula yang bertanggung jawab terhadap makhluk itu. Begitu pula Allah menciptakan manusia, maka Allah pila yang bertanggung jawab dalam semua yang dikerjakan manusia. Termasuk dalam pemberian rezeki, Allah memberikan rezeki kepada manusia berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Alhasil antara manusia yang satu dengan yang lain, tidak akan sama kekayaannya. Sebagaimana Allah memberi kefahaman agama antara seorang dengan yang lainnya, akan berbeda pula. Berdasarkan sabda Rosulullahi SAW dalam HR. Ahmad yang artinya "Allah memberi rezeki di antara kalian sebagaimana Allah membagi akhlaq kalian".
Dan perlu diingat jatah rezeki yang diberikan Allah kepada manusia antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama, dan manusia tidak akan mati selama jatah rezeki yang diberikan kepadanya belum habis. Jadi, jika manusia itu meninggal dunia berarti jatah rezekinya juga telah habis.
Ada amalan yang diajarkan Allah dan Rosul, yang dapat memperlancar datangnya rezeki, di antaranya :
1.Memperbanyak istighfar kepada Allah, istighfar yang berarti meminta ampun kepada Allah dalam arti membaca kalimat istighfar yaitu "Astaghfirullah" yang artinya aku minta ampun kepada Allah. Berdasarkan Firman Allah dalam Alqur'an Surat Nuh Ayat 10 yang artinya "Memintalah ampun kalian kepada Tuhan kalian sesungguhnya Dia Maha Pengampun". Di samping meminta ampun kepada Allah adalah perintah dari Allah, memperbanyak membaca istighfar banyak membawa manfaat yang lain, berdasarkan sabda dari Rosulullah SAW dalam hadist riwayat Ahmad yang artinya "Barang siapa yang memperbanyak membaca istighfar maka Allah akan menjadikan segala kesusahan, menjadi kemudahan dan dari segala kesempitan Allah menjadikan jalan keluar dan Allah akan memberi rezeki untuknya dari yang dia sangka maupun yang tidak dia sangka". Yang pasti, memperbanyaklah membaca istighfar agar dimudahkan Allah, baik dalam semua perkara kita maupun dimudahkan dalam rezeki kita.
2.Memperbanyak Infaq Fiisabilillah, sesuatu yang kita keluarkan untuk infaq fiisabilillah, Allah akan melipatgandakan, bahkan sampai 700 kali lipat dari apa-apa yang di infaqkan, sesuai dengan firman Allah dalam Alqur'an Surat Al-Baqoroh ayat 261 yang artinya "Perumpamaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui". Dan juga Allah berfirman dalam Hadist Qudsi yang artinya "Allah yang Maha Mulya dan Maha Agung berfirman : infaqlah kalian maka Aku akan memberi nafkah untuk kalian". (HR.Bukhori). Harta yang kita infaqkan (shodaqohkan) tidak akan habis sebab shodaqoh tidak akan mengurangi pada harta. seumpama sumur (sumber air) walupun diambil airnya, tak akan pernah ada habisnya , bahkan bertambah lagi.
3.Memperbanyak Shilaturrahim (Menyambung Famili), menyambung famili juga merupakan perintah dari Allah dan Rosul, berdasarkan dalil dalam Al-Qur'an Surat An-Nisaa ayat 1, yang artinya "Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". Disamping menyambung famili merupakan perintah dari Allah dan Rasul, jika seseorang sering mempererat tali shilaturrahim, maka dimudahkan dalam rezekinya. Berdasarkan sabda Rasululloh SAW dalam Hadist Bukhori yang artinya "Barang siapa yang ingin diluaskan dalam rezekinya dan ingin di panjangkan dalam umurnya maka supaya menyambung famili".
4.Senang menghormati tamu, salah satu kewajiban seseorang kepada orang lain dalam agama islam adalah menghormati tamu. Baik tamu itu seorang saudara maupun bukan, sudah iman maupun belum. Baik tamu itu kaya maupun miskin. Yang jelas semua tamu harus dihormati dan di agungkan. Selain menjadi perintah Allah dan Rasul. Ternyata menghormati tamu meluaskan rezeki. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam Hadist Riwayat Abu Syaikh yang artinya "Tamu datang dengan membawa rezekinya dan dia pergi dengan menghilangkan dosa kaum, dan Allah menghapus dari dosanya dan juga dosa-dosa kaum". Berdasarkan hadist ini, siapapun yang menjadi tamu harus dihormati jangan disia-siakan, sebab jika menyia-nyiakan tamu maka akan mendapat ancaman.
5.Berusaha menjadi orang yang jujur dan amanat, jujur dan amanat merupakan sifat orang iman. Bila seseorang menganggap dirinya sebagai orang iman, tetapi dia belum bisa berbuat jujur dan amanah berarti keimanan orang tersebut belum sempurna. Sifat amanat merupakan perintah Allah juga kepada semua orang iman sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an Surat An Nisaa' ayat 58, yang artinya "Sesungguhnya Allah memerintah pada kalian untuk menyampaikan amanat-amanat kepada ahlinya (yang berhak menerima)". Rosulullah SAW dalam Hadist Riwayat Dailami, yang artinya "Amanah bisa menarik rezeki (mendatangkan) pada rezeki sedangkan khianat dapat menarik (mendatangkan) kemlaratan". Seandainya semua manusia bisa mempunyai sifat yang jujur dan amanat, hidup akan penuh rasa kedamaian dan tidak ada rasa su'udhon (persangkaan jelek) kepada orang lain.
6.Meningkatkan taqwa kepada Allah. Taqwa kepada Allah berarti bisa mengerjakan semua perintah Allah sekaligus menjauhi semua larangan-Nya. Dengan demikian Allah akan memudahkan rezeki sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an Surat At Tholaq ayat 2-4, yang artinya: "Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberi baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka.... Baramgsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memudahkan di dalam semua perkara orang tersebut". Perbuatan-perbuatan dosa yang bisa mengakibatkan manusia masuk ke dalam neraka, ternyata bisa mengakibatkan rezekinya tidak lancar sesuai sabda Rasulullahi SAW dalam Hadist Sunan Ibnu Majah yang artinya : "sesungguhnya seorang laki-laki akan dihalang-halangi rezekinya sebab kesalahan (dosa) yang telah ia kerjakan". Dengan hadist ini, apabila telah melakukan perbuatan dosa segeralah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, sehingga bisa bersih dari dosa dan memudahkan datangnya rezeki.
7.Memperbanyak tawakal kepada Allah. Memperbanyak bertawakal (berpasrah diri) kepada Allah, membuat seseorang dicukupi kebutuhannya. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat At Thoolaq ayat 3 , yang artinya : "...Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya....".Dan sesuai dengan sabda Rasulullahi SAW dalam Hadist Sunan Ibnu Majah, yang artinya : "Nabi Bersabda : seandainya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rezeki pada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung , ketika pagi burung dalam keadaan lapar namun ketika sore burung dalam keadaan kenyang". Dengan bertawakal kepada Allah, manusia mendapatkan manisnya iman.
8.Selalu berprasangka baik kepada Allah (Husnudhon Billaah). Berprasangka baik merupakan perintah dari Allah dan Rosul, ternyata mendatangkan rezeki dari Allah. Berprasangka yang baik merupakan inti dan sebaik-baiknya ibadah kepada Allah, sesuai sabda Rosulullahi SAW dalam Hadist Riwayat At Tirmidzi, yang artinya : "Rosulullahi bersabda : sesungguhnya baiknya persangkaan kepada Allah termasuk sebaik-baiknya ibadah kepada Allah".
Memudahkan Rejeki
9.Menertibkan Sholat Tahajud dan Berdoa 1/3 malam yang akhir, Sholat tahajud merupakan pekerjaan orang-orang sholeh terdahulu, baik di zaman Rasulullah maupun sebelumnya. Pada saat itulah Allah turun ke langit dunia dan berfirman seperti yang dijelaskan dalam Hadist Bukhori, yang artinya : "Rosulullah SAW bersabda : Allah yang Maha Barokah dan Maha Luhur setiap malam turun ke langit duniaketika tepat pada waktu 1/3 malam yang akhirsambil berfirman : Barang siapa yang berdoa padaKu akan Aku kabulkan, barang siapa yang minta padaKu akan Aku beri dan barang siapa yang minta ampun padaKu akan Aku ampuni".
Apabila seseorang bisa mengamalkan sembilan amalan ini, Allah akan memudahkan datangnya rezeki. Tapi manusia harus tetap berusaha atau ikhtiar, dan memperbanyak berdoa. Jangan hanya menggantungkan dengan qodar atau bahkan tidak percaya dengan qodar.(menjadi kaum murji'ah atau kaum qodariyah). Hingga dalam hidup tidak hanya melulu mengurusi dunia atau melulu mencari materi, tetapi harus seimbang antara dunia dan akheratnya.
 
© Copyright 2012. SAMBO KRITIS| Kembali ke Atas