Kota Balikpapan menjadi kota ke
enam dalam kampanye Indonesia Berkibar. Sebelumnya sosialisasi digelar
di kota Makasar, Palembang, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.
"Kita optimistis dan percaya diri, Indonesia Berkibar akan berkembang dengan kontribusi masyarakat, pihak swasta semua elemen termasuk di Balikpapan ini," ujar Fasilitator Gerakan Indonesia Berkibar dari Putra Sampoerna Foundation Monik Handjoko, dalam Sosialisasi dan Diskusi Program Gerakan Indonesia Berkibar (Bersama Kita Belajar), di Hotel Swissbellin, Balikpapan, Rabu (10/10/2012).
Seluruh elemen masyarakat dapat bergabung dalam Gerakan Indonesia Berkibar. Gerakan nasional ini
mengajak peran serta korporasi baik swasta maupun BUMN, media dan komunitas untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia, dimulai di daerah institusi tersebut beroperasi sehingga kualitas pendidikan yang baik dapat merata di seluruh negeri.
"Karena setiap tahunnya ada 1,8 juta anak lulus sekolah di Indonesia dan hanya 18 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kualitas guru dan komitmen mengajar juga perlu ditingkatkan sesuai standar kualifikasi," Monik mengimbuh.
Gerakan Indonesia Berkibar kata Monik, adalah wadah kerjasama yang mengusung kerjasama pemerintah dan swasta yang diinisiasi Putra Sampoerna Foundation. Gerakan ini dirancang untuk memperbaiki kualitas guru dan sistem pembelajaran di Indonesia. Keterlibatan banyak pihak untuk turut peduli terhadap perbaikan pendidikan di Indonesia, dan dengan bahu-membahu memperbaiki pendidikkan di Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, diharapkan dapat membuat Indonesia mampu menjawab tantangan global.
"Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terpuruknya pendidikan di Indonesia yakni rendahnya, sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, rendahnya visi dan moralitas pendidik, serta tingginya biaya pendidikan," ucapnya.
Kombinasi faktor-faktor itu memunculkan persoalan sosial, di antaranya tidak tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung peningkatan ekonomi, tingginya konflik sosial di masyarakat yang tidak cerdas dan rendahnya daya saing di Indonesia di era globalisasi. Karena itu, lanjut Monik, melalui kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam gerakan Indonesia Berkibar, maka kapasitas dan sumber daya untuk memperbaiki pendidikkan di Indonesia, khususnya di daerah, dapat dicapai. Mekanisme kerjasama dibangun dalam bentuk program pelatihan dan pendampingan ke sekolah-sekolah yang didukung tenaga ahli, serta pendekatan berdasarkan hasil penelitian.
Berdasarkan data, perkembangan pendidikan di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO setiap tahun, dari 117 negara, education development index (EDI) Indonesia berada di posisi 69, sementara Malaysia di posisi 65 dan Brunei 34.
Principal PT. Urbane Indonesia, salah satu mitra Indonesia Berkibar, Ridwan Kamil menuturkan, tidak meratanya pendidikan di Indonesia juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Padahal pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor untuk menggerakkan perekonomian suatu bangsa.
"Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dibutuhkan di kota-kota besar, tetapi seluruhnya termasuk pelosok. Apabila kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya kuantitas yang besar melainkan kualitas kesejahteraan masyarakat pun lebih baik, sehingga mendukung ekonomi di Indonesia," ujar Ridwan, yang juga dosen Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dan penggagas Indonesia Berkebun.
Ridwan mencontohkan, Korea Selatan dalam lima tahun terakhir maju pesat. Negara yang sebelumnya tertinggal jauh dari China dan Jepang kini menjadi sejajar, bahkan melampaui mereka. "Korea Selatan serius dalam mengelola pendidikannya untuk menguasai dunia, tidak hanya untuk tujuan sementara misalnya untuk pekerjaan saja tapi memang untuk masa yang akan datang," ujarnya.
Praktisi Pendidikan Bambang Irianto yang juga Fasilitator Penyedia Program, menambahkan, proses pendidikan juga perlu menekankan keterampilan proses memperoleh pengetahuan. Karena, kata Bambang, keterampilan proses tersebut penting untuk menanamkan karakter dalam diri siswa.
"Seperti menghargai hak orang lain yang sering dikesampingkan oleh masyarakat. Karena kita justru sering lupa untuk menghargai hak orang lain. Mungkin itu hanya persoalan kecil. Termasuk memberikan apresiasi kepada murid yang memiliki kemampuan dalam bidang apa pun," tandasnya.
Bambang juga menggariskan gerakan ini bukan sebagai gerakan oposisi namun sebagai gerakan kritis yang juga ikut memberikan solusi bagi kemajuan Pendidikan di Indonesia. "Gerakan ini juga siap memberikan solusi bagi persoalan-persoalan pendidikan yang muncul di daerah-daerah," ucapnya.(rfa
"Kita optimistis dan percaya diri, Indonesia Berkibar akan berkembang dengan kontribusi masyarakat, pihak swasta semua elemen termasuk di Balikpapan ini," ujar Fasilitator Gerakan Indonesia Berkibar dari Putra Sampoerna Foundation Monik Handjoko, dalam Sosialisasi dan Diskusi Program Gerakan Indonesia Berkibar (Bersama Kita Belajar), di Hotel Swissbellin, Balikpapan, Rabu (10/10/2012).
Seluruh elemen masyarakat dapat bergabung dalam Gerakan Indonesia Berkibar. Gerakan nasional ini
mengajak peran serta korporasi baik swasta maupun BUMN, media dan komunitas untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia, dimulai di daerah institusi tersebut beroperasi sehingga kualitas pendidikan yang baik dapat merata di seluruh negeri.
"Karena setiap tahunnya ada 1,8 juta anak lulus sekolah di Indonesia dan hanya 18 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kualitas guru dan komitmen mengajar juga perlu ditingkatkan sesuai standar kualifikasi," Monik mengimbuh.
Gerakan Indonesia Berkibar kata Monik, adalah wadah kerjasama yang mengusung kerjasama pemerintah dan swasta yang diinisiasi Putra Sampoerna Foundation. Gerakan ini dirancang untuk memperbaiki kualitas guru dan sistem pembelajaran di Indonesia. Keterlibatan banyak pihak untuk turut peduli terhadap perbaikan pendidikan di Indonesia, dan dengan bahu-membahu memperbaiki pendidikkan di Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, diharapkan dapat membuat Indonesia mampu menjawab tantangan global.
"Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terpuruknya pendidikan di Indonesia yakni rendahnya, sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, rendahnya visi dan moralitas pendidik, serta tingginya biaya pendidikan," ucapnya.
Kombinasi faktor-faktor itu memunculkan persoalan sosial, di antaranya tidak tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung peningkatan ekonomi, tingginya konflik sosial di masyarakat yang tidak cerdas dan rendahnya daya saing di Indonesia di era globalisasi. Karena itu, lanjut Monik, melalui kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam gerakan Indonesia Berkibar, maka kapasitas dan sumber daya untuk memperbaiki pendidikkan di Indonesia, khususnya di daerah, dapat dicapai. Mekanisme kerjasama dibangun dalam bentuk program pelatihan dan pendampingan ke sekolah-sekolah yang didukung tenaga ahli, serta pendekatan berdasarkan hasil penelitian.
Berdasarkan data, perkembangan pendidikan di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO setiap tahun, dari 117 negara, education development index (EDI) Indonesia berada di posisi 69, sementara Malaysia di posisi 65 dan Brunei 34.
Principal PT. Urbane Indonesia, salah satu mitra Indonesia Berkibar, Ridwan Kamil menuturkan, tidak meratanya pendidikan di Indonesia juga mengakibatkan kualitas masyarakat Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain. Padahal pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun karakter bangsa dan faktor untuk menggerakkan perekonomian suatu bangsa.
"Peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dibutuhkan di kota-kota besar, tetapi seluruhnya termasuk pelosok. Apabila kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya kuantitas yang besar melainkan kualitas kesejahteraan masyarakat pun lebih baik, sehingga mendukung ekonomi di Indonesia," ujar Ridwan, yang juga dosen Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dan penggagas Indonesia Berkebun.
Ridwan mencontohkan, Korea Selatan dalam lima tahun terakhir maju pesat. Negara yang sebelumnya tertinggal jauh dari China dan Jepang kini menjadi sejajar, bahkan melampaui mereka. "Korea Selatan serius dalam mengelola pendidikannya untuk menguasai dunia, tidak hanya untuk tujuan sementara misalnya untuk pekerjaan saja tapi memang untuk masa yang akan datang," ujarnya.
Praktisi Pendidikan Bambang Irianto yang juga Fasilitator Penyedia Program, menambahkan, proses pendidikan juga perlu menekankan keterampilan proses memperoleh pengetahuan. Karena, kata Bambang, keterampilan proses tersebut penting untuk menanamkan karakter dalam diri siswa.
"Seperti menghargai hak orang lain yang sering dikesampingkan oleh masyarakat. Karena kita justru sering lupa untuk menghargai hak orang lain. Mungkin itu hanya persoalan kecil. Termasuk memberikan apresiasi kepada murid yang memiliki kemampuan dalam bidang apa pun," tandasnya.
Bambang juga menggariskan gerakan ini bukan sebagai gerakan oposisi namun sebagai gerakan kritis yang juga ikut memberikan solusi bagi kemajuan Pendidikan di Indonesia. "Gerakan ini juga siap memberikan solusi bagi persoalan-persoalan pendidikan yang muncul di daerah-daerah," ucapnya.(rfa
)
Tulisannya simple tapi bermakna, inilah tulisan yang selama ini saya cari
BalasHapus